Pencerahan Dari Bhagawan Satya Sai
Buku ini berisi kumpulan pengalaman spiritual Karunamba
Ramamurthy, seorang bakta dari
India. Dia mendokumentasikan pengalamannya saat bertemu dengan Bhagawan Sri
Sathya Sai Baba sejak tahun 1944. Swami (Bhagawan) banyak memberikan wejangan, menjawab pertanyaan para bakta yang berkumpul di Puttaparthi saat itu, dan menerangkan
semua kebimbangan yang berkaitan dengan masalah spiritual dan kehidupan
sehari-hari. Buku ini diterbitkan pada tahun 2001 oleh Sri Sathya Sai Publications
Society India, dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Y. Burhan.
Berikut petikannya:
Bakta : Makanan yang bagaimana
yang dimaksud dengan makanan yang Satvika?
Swami : Makanan Satvika yang artinya bersih dari tiga hal yaitu :
Ø Patra suddhi yang
berarti : panci atau tempat
yang dipakai untuk masak harus bersih.
Ø Paka suddhi : orang
yang
memasak harus bersih
badan dan pikirann ya.
Ø Padartha suddhi : bahan yang dima- sak, harus diperoleh dengan jalan dharma (halal).
Bakta : Swami,
ada orang yang menjelek-
jelekkan-Mu, dan Swami tidak menjawab dan tidak memberi pelajaran
pada mereka. Apakah itu berarti bahwa mereka
diampuni?
Swami : Mereka akan
dihukum, tetapi tidak
oleh Aku, mereka
akan dihukum
oleh diri mereka sendiri.
Bila mereka pernah berbuat
jasa di kehidupan lampau mereka akan dilindungi oleh jasa-jasa mereka, meskipun mereka berbuat dosa
di kehidupan
ini.
Tetapi bila
jasa mereka itu sudah habis terpakai, mereka akan jatuh dalam kegelapan.
Bakta : Swami, bagi kami
melakukan
vrata atau sadhana menurut
aturan-aturan kuno
yang sudah ditetapkan
itu susah sekali. Apa
jadinya nanti orang-
orang seperti kami?
Swami : Di zaman Kali (Kaliyuga) manusia
hidup dengan makanan dan
karena itu lemah. Untuk
itu Tuhan menunjukkan jalan yang lebih mudah yaitu : smarana dan
manana Tuhan. Sebelum tidur
pada malam hari berdoalah dengan sepenuh hati,
“Tuhan, aku tidak tahu apakah perbuatanku dari tadi pagi sampai sekarang baik atau buruk
semua kupersembahkan
kepada-Mu. Aku
tidak tahu
apakah aku
masih hidup besok pagi, lindungilah aku, pranamku pada-Mu.” Lalu tidurlah.
Besok sesudah bangun
tidur berdoalah,
“Tuhan, karena perlindungan-Mu aku masih hidup,
aku tidak tahu apa saja yang akan kukerjakan
sampai nanti malam,
mohon berkati aku, berilah kebijaksanaan supaya jangan berbuat
dosa. Pranamku kepada-Mu.” Berdoalah dengan
bakti yang tulus
setiap hari, begitu sudah
cukup.
Bakta : Swami,
apakah benar anak-anak
yang sudah meninggal akan lahir lagi?
Swami : Ya, anak yang bagaimana? Orang tua anak yang mati itu harus sehat dan tidak menderita
suatu penyakit.
Anak itu
pun harus lahir dalam keadaan sehat
dan tidak menderita penyakit keturunan. Anak yang mati di bawah usia lima belas tahun, tidak akan mengalami
kelahiran kembali,
karena pikiran dan
hati mereka belum dikotori nafsu, kemarahan
dan sebagainya.
Bakta : Swami, mengapa kita memuja patung?
Swami : Untuk menolong pikiran berkonsentrasi pada
satu
hal. Saguna- pasana lebih mudah bagi orang-orang
biasa. Dengan bantuan ‘bentuk patung’ akan dapat
menolong pikiran supaya tidak tersesat ke mana-mana tanpa tujuan. Waktu memuja patung itu
engkau melihat istadewata
svarupa-
mu dalam patung itu. Itu menolong
menghidupkan bhava ke dalam dirimu. Bhavanamu
yang mengubah benda mati menjadi Tuhan. Apakah pada waktu itu engkau memikirkan tanah lihat
bahan dasar dari patung itu?
Tidak. Pikiranmu
tertuju pada Dewa atau Dewi
yang engkau puja, bukan tanah liat.
Bakta : Swami,
waktu saya bersedih hati, saya mau bunuh diri saja.
Swami : Itu tidak boleh. Bagaimanapun sulitnya kehidupan
ini engkau harus bisa mengatasinya. Jangan menyerah
kalah. Setiap manusia mempunyai hidup dan telah ditentukan
waktunya. Seperti di rumah sewaan, sebelum engkau pergi mengosongkan rumah itu engkau harus menemukan rumah lain. Sama saja sebelum
pergi
meninggalkan
badan, Tuhan menyediakan
badan
lain
dengan jangka waktu yang sudah ditentukan menurut hutang piutang karmamu. Bila kematian disebabkan oleh kesengajaan, engkau melepaskan kesempatan
untuk
menyelesaikan karmamu dan
pada akhirnya mendapatkan
tempat yang ditentukan. Tidak ada tempat kosong
dalam
ciptaan Tuhan. Tuhan telah mengisinya
dengan roh-roh
dan makhluk-makhluk yang tidak terlihat.
Bakta : Swami, apakah
mungkin men- capai keselamatan dengan namasmarana, hanya dalam satu kehidupan?
Swami : Ketulusan dalam sadhana lebih penting daripada jumlah kehidupan.
Semakin tulus dan dalam baktimu, semakin baik hasilnya. Jangan berdoa minta
dimaafkan. Sebaiknya berdoalah
“Tuhan, biarkanlah aku menderita untuk menebus
kesalahan-kesalahanku dan cepat-cepatlah menerimaku.”
Bakta : Swami,
apa yang harus dikerjakan
dan apa yang harus dihindari
untuk mencapai kesadaran Ilahi?
Swami : Bila
engkau kuat dan sehat
dan juga kaya, tolonglah orang lain. Bila engkau lemah dan miskin dan tidak sanggup menolong, jangan celakai atau
menyakiti orang
lain. Bila
tidak ada kesanggupan menolong diamlah. Tidak mengharap
orang
lain celaka, itu sudah suatu pertolongan.
Jangan mencari kesalahan orang lain, karena
engkau sendiri ada
kecendrungan
untuk membuat kesalahan yang sama. Cobalah
memperbaiki diri. Jiwatma
menyatu dengan
Paramatma, pada malam hari sebanding dengan
waktu, pikiran dan hatimu terpusat pada Tuhan dalam
meditasi pada siang hari. Bila
penyatuan ini dilanjutkan
pikiran dan hati semakin tenang dalam jangka waktu yang semakin panjang, dalam japa dan dhyana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar